Selasa, 13 November 2012

Rakaman Video


Adab Menziarahi Orang Sakit, Doa dan Kelebihannya



Assalamualaikum, hari jumaat hari penghulu segala hari.
Islam sangat mengambil berat kepentingan mengeratkan hubungan taliorang sakit, people sick, menziarahi orang sakit, doa lawat orang sakit, mendoakan orang sakitpersaudaraan atau silaturrahim sesama muslim. Salah satu cara yang disarankan oleh Islam untuk mengeratkan hubungan persaudaraan atau silaturrahim sesama muslim itu ialah dengan menziarahi orang sakit. Menziarahi orang sakit merupakan salah satu hak seorang muslim ke atas muslim yang lain.
Sabda Nabi S.A.W.
Apabila seorang lelaki mengunjungi saudara muslimnya, maka seolah-olah dia berjalan di jalan syurga sehingga dia duduk. Apabila dia sudah duduk maka rahmat Allah mengelilinginya. Jika dia berkunjung pada waktu pagi, maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya hingga petang dan begitulah sebaliknya.
Terdapat banyak hadits yang menyebutkan tentang anjuran dan kelebihan menziarahi orang sakit, antaranya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bermaksud:-
“Sesiapa yang menziarahi orang sakit atau menziarahi saudaranya kerana Allah, nescaya penyeru (malaikat) akan berseru kepadanya: “Alangkah bagusnya engkau, alangkah bagusnya perjalananmu, telah tersedia untukmu sebuah rumah di dalam syurga!”.
(Hadits riwayat at-Tirmidzi)
Antara adab-adab ziarah pesakit (menurut kitab Fiqh Sunnah).
Hendaklah tujuan melakukan ziarah itu ikhlas kerana Allah Ta‘ala dan dengan niat yang baik seperti kerana rasa kasih dan sayang, persaudaraan, tanggungjawab dan sebagainya, bukan disebabkan niat dan tujuan yang tidak baik, juga bersifat duniawi semata-mata seperti ingin merebut harta dan kemewahan.
1. Ketika berada disisinya, hendaklah kita sentuh dan pegang tangannya kemudian letakkan tangan di dahinya dan tanya tentang penyakit dan keadaannya sekarang.
2. Doa dan ceritakan tentang kelebihan sakit yang dialami oleh para sahabat, Rasul dan Nabi dan juga orang beriman supaya pesakit itu tidak merasa resah gelisah terhadap kesakitan yang dialaminya. Menyampaikan ucapan yang baik, dapat menghiburkan hati si sakit dan menguatkan jiwanya. Contohnya beri ucapan: “Tidak apa-apa insyaAllah lekas sembuh.”
3. Berikanlah nasihat-nasihat yang baik serta ucapkan perkataan “Sabarlah sakit ini adalah salah satu ujian Allah dan cubaan semata-mata di atas ketakwaan seseorang terhadap Allah kerana sakit ini juga, seseorang memperolehi ganjaran pahala yang banyak”.
4. Jangan makan makanan yang dihadiahkan kepadanya atau makanan yang telah disediakan untuknya. Sekiranya kita makan makanan tersebut, hilanglah pahala ibadah ziarah itu.
5. Sunat dibacakan doa untuknya yang bermaksud:
“Ya Allah ! Hilangkanlah penyakitnya, wahai Tuhan bagi manusia sembuhkanlah, Engkaulah yang menyembuhkan tidak ada sembuhan melainkan sembuhan dariMu jua, sesuatu sembuhan yang tidak meninggalkan sebarang penyakit”. (Riwayat at-Tirmizi)
6. Pendekkan waktu ziarah. Sebolehnya, kadang-kala si pesakit ingin tidur, atau ingin makan ubat dan tukar pakaian. (kecuali si sakit mengkehendaki sebaliknya)
7. Wanita boleh menziarahi lelaki. Dalil: Aisyah ra pernah menziarahi Bilal bin Rabah ra yang sakit demam panas
8. Boleh juga menziarahi orang bukan Islam. Dalil: alBukhari meriwayatkan dalam bab menjenguk orang musyrik.
Sunat:
Hukum menziarahi orang sakit adalah sunat mu’akkadah iaitu sunat yang sangat dituntut. Menziarahi orang sakit tidak hanya terbatas kepada sahabat atau jiran tetangga yang sakit sahaja, bahkan disunatkan juga menziarahi saudara Islam yang tidak dikenali hatta musuh atau orang yang pernah menyakiti kita.
Hukum menziarahi kafir dzimmi yang sakit pula pada dasarnya adalah harus, namun disunatkan menziarahinya jika dia dari kalangan ahli terdekat atau jiran, atau kerana berharap supaya dia memeluk Islam.
Doa mendoakan orang sakit:-
Tidak mengapa, semoga penyakit ini membersihkan dosamu, insyaAllah.
Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan Arasy yang agung, supaya menyembuhkan engkau.
“Tiada seorang muslim yang menziarahi orang sakit yang belum sampai ajalnya, kemudian membaca doa ini tujuh kali nescaya disembuhkan penyakitnya itu.” At-Tarmizi & Abu Daud.
Kelebihan menziarahi orang sakit.
Bersabda Nabi s yang bermaksud :
“Apabila seorang lelaki mengunjungi saudara muslimnya, maka seolah-olah dia berjalan di dalam syurga sehingga dia duduk. Apabila dia sudah duduk maka rahmat Allah mengelilinginya. Jika dia berkunjung pada waktu pagi, maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoaknnya hingga petang dan begitulah sebaliknya” (Riwayat at-Tirmizi, Ibnu Majah & Ahmad).
Insyallah, moga-moga aku dan kita semua rajin-rajinlah menziarahi orang sakit dan mendoakannya. Mungkin hari ini hari dia, esok lusa, mungkin hari kita. Memang terasa kesunyian bagi yang pernah mengalaminya di hospital, barangkali kita hanya berkawan dengan pesakit di sebelah katil. Sedih jer rasanya, mana orang tersayang tak lawat-lawat kita nie, sibuk sangat bekerja agaknya?

Adab Orang yang Mendengarkan Khutbah


Khutbah Jum’at adalah bagian dari zikir yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat al-Jumu’ah dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintah kita untuk bersegera mendatanginya. Ada beberapa adab yang dituntunkan bagi orang yang mendengarkan khutbah Jum’at.
1. Bila seseorang masuk masjid, jangan duduk sampai shalat sunnah tahiyatul masjid meskipun khatib sedang berkhutbah.
Ini berlandaskan hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bahwa datang seorang lelaki di hari Jum’at dalam keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam sedang menyampaikan khutbah lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Apakah kamu sudah shalat?” Ia menjawab, “Belum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Shalatlah dua rakaat!” (Shahih al-Bukhari no. 931)
2. Jika seseorang masuk masjid di hari Jum’at dan azan Jum’at sedang dikumandangkan, apakah dia tetap berdiri menunggu sampai selesainya azan atau dia langsung shalat tahiyatul masjid?
Ulama menyebutkan bahwa dia langsung shalat tahiyatul masjid karena mendengarkan khutbah itu wajib sedangkan menjawab azan itu sunnah. (Majmu’ Fatawa asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin 12/202)
3. Duduk di mana saja dia mendapatkan tempat di masjid dan dianjurkan mendekat kepada imam.
4. Tidak melewati pundak-pundak orang dan tidak memisahkan antara dua orang.
Al-Imam Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan-nya (1118) dari Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Datang seorang lelaki pada hari Jum’at dengan melangkahi leher-leher manusia dalam keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam sedang berkhutbah maka beliau shallallahu ‘alaihi wassalam mengatakan,
“Duduklah, kamu telah mengganggu!” (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnul Munzir rahimahullah seperti dalam al-Majmu’ 4/421 karya an-Nawawi rahimahullah)
Melangkahi pundak-pundak orang menurut pendapat yang kuat hukumnya haram, lebih-lebih jika hal itu terjadi ketika berlangsungnya khutbah karena terkandung bentuk menyakiti orang lain dan menyibukkan orang dari mendengarkan khutbah. Dikecualikan dalam hal ini adalah imam, karena memang tempatnya di depan. Apabila imam bisa sampai di depan tanpa harus melewati pundak-pundak orang, maka itu yang seharusnya dilakukan. Misalnya, ada pintu masuk imam di bagian depan.
Dikecualikan pula dari larangan ini orang yang ingin mengisi tempat yang masih kosong di bagian depan. Misalnya, orang-orang yang datang lebih awal mengambil tempat duduk di bagian belakang masjid atau tengah-tengahnya dan membiarkan shaf-shaf depan tidak ditempati. Dibolehkannya melewati mereka karena biasanya mereka sendiri yang telah meremehkan shaf-shaf terdepan sehingga tidak mengapa untuk ditempati walaupun terpaksa harus melewati pundak-pundak manusia. (Lihat asy-Syarhul Mumti’ 5/125-126)
5. Diam saat berlangsungnya khutbah.
Hal ini berlandaskan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Apabila kamu mengatakan kepada temanmu di hari Jum’at, ‘Diamlah kamu!’ dalam keadaan imam sedang berkhutbah maka kamu telah berkata yang sia-sia.” (HR. Al-Bukhari no. 397 dan Muslim)
Orang yang seperti ini telah sia-sia Jum’atannya meskipun telah gugur kewajibannya.
Hadits ini menunjukkan larangan dari seluruh percakapan saat berlangsungnya khutbah, karena jika ucapan “diamlah kamu” yang terkandung bentuk amar ma’ruf saja dikatakan sia-sia karena bukan pada waktu yang tepat, tentunya perkataan yang sifatnya biasa saja lebih dilarang lagi.
Khutbah sebagai salah satu syiar Jum’atan yang terbesar, tentu yang dimaukan agar para jamaah mendengarkannya dan tidak menyibukkan dengan selainnya. Diharapkan, selesai dari Jum’atan mereka telah menyerap materi khutbah yang mendorongnya kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
Namun, suatu hal yang sangat menyedihkan bahwa kita masih mendapatkan sebagian jamaah asyik mengobrol pada saat khatib dengan seriusnya menyampaikan khutbah. Yang lebih memilukan sebagian mereka tenggelam dalam percakapan yang haram dan melukai kehormatan saudaranya.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa larangan berkata-kata adalah hanya saat berlangsungnya khutbah. Adapun ketika khatib tidak sedang berkhutbah, seperti ketika duduk di antara dua khutbah, hal ini tidak mengapa.
Demikian pula, perintah untuk diam saat khutbah tidak hanya diam dari mengajak bicara orang lain namun juga diam dari berzikir dan membaca al-Qur’an. (lihat Subulus Salam 2/51)
Adapun menjawab salam, membaca hamdalah kalau bersin dan mengucapkan shalawat ketika nama Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam disebut, diperselisihkan kebolehannya saat berlangsung khutbah. Sebagian ulama mengatakan hal itu tidak boleh karena ucapan “diamlah kamu” sudah dianggap sia-sia, padahal ia termasuk kategori al-ma’ruf (sesuatu yang baik. Maka, semua ma’ruf yang lainnya juga dilarang karena memang bukan waktunya, dan bahwa dilarangnya hal tersebut termasuk masalah “mendahulukan yang terpenting dari yang penting”, wallahu a’lam. (lihat al-Ajwibah an-Nafi’ah karya asy-Syaikh al-Albani hlm. 60)
Apakah orang yang tidak mendengar ceramah khatib boleh berbicara? Dalam permasalahan ini juga ada perbedaan pendapat. Jumhur ulama berpendapat tidak boleh. (lihat Syarh Shahih Muslim, karya an-Nawawi 6/377)
Pendapat jumhur ini tampaknya lebih kuat, karena hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang telah disebutkan secara tekstualnya adalah perintah untuk diam dari seluruh ucapan saat khutbah berlangsung kecuali yang telah dikhususkan oleh dalil. Wallahu a’lam. (lihat Ahaditsul Jumu’ah)
Di antara yang dikecualikan oleh dalil adalah shalat tahiyatul masjid, jamaah berbincang dengan khatib. Adapun ucapan yang sifatnya harus seperti memperingatkan orang buta yang akan jatuh ke sumur atau orang yang dikhawatirkan tersemgat api, ular, atau kebakaran, dan yang semisalnya, maka hal ini boleh. (lihat al-Mughni 3/198)
Apabila khatib menyampaikan materi khutbah yang tidak layak, sebagian salaf membolehkan berbicara di saat khutbah. (Fathul Bari 2/415 dan Mushannaf Abdurrazzaq 3/213)
Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Apabila khatib memasukkan dalam khutbahnya sesuatu yang bukan kategori zikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak pula doa yang diperintahkan, maka berbicara di saat itu boleh.” (al-Muhalla 5/62)
6. Larangan duduk ihtiba, yaitu seseorang duduk menegakkan kedua lutut dan kedua kakinya lalu menggabungkannya ke perutnya dengan cara mengikatnya dengan kain atau kedua tangannya.
Ini berlandaskan hadits Abu Dawud dalam Sunan-nya dari Mu’adz bin Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam melarang dari ihtiba di hari Jum’at dalam keadaan imam sedang berkhutbah. (no. 1110)
Dilarang duduk seperti ini karena akan bisa membuat seorang tertidur dan menjadi pengantar untuk batalnya wudhunya. [1] (lihat ‘Aunul Ma’bud 3/322)
7. Tidak bermain-main saat berlangsungnya khutbah karena akan mengganggu konsentrasi. Demikian pula tidak melakukan sesuatu yang bisa menyibukkan dari mendengar khutbah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Barangsiapa memegang/menyentuh kerikil maka dia telah melakukan perkara yang sia-sia.” (Shahih Sunan Ibnu Majah no. 901 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Di sini, kami mengajak para takmir atau pengelola masjid untuk tidak mengedarkan kotak infak di saat berlangsungnya khutbah, karena sangat mengganggu konsentrasi para jamaah. Mungkin bisa dicari cara selain ini. (-red.)
8. Bergeser dari tempat duduknya apabila mengantuk.
Ini berlandaskan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam yang bersabda,
“Apabila salah seorang kalian mengantuk pada hari Jum’at, hendaklah ia berpindah dari tempat duduknya itu.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 526)
Catatan kaki:
[1] Tentang duduk ihtiba, ada pendapat lain. Sebagian ulama membolehkannya dengan alasan bahwa hadits yang melarang duduk ihtiba derajatnya lemah. Untuk mengompromikan kedua pendapat tersebut, al-Iraqi menyatakan, “Seandainya dianggap semua hadits tersebut shahih, larangan itu dimaksudkan agar seseorang tidak mulai memasang hibwah (melakukan duduk ihtiba) ketika imam sudah berdiri untuk berkhutbah hingga ia menyelesaikannya.” (Syarh Musykil al-Atsar, 7/344-345)
Koleksi Doa Amalan Harian

Mutiara doa Mukmin

DOA mohon rezeki

"Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami iaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, berilah rezeki kami dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama." (Surah al-Maidah ayat 114).

DOA mohon dilancarkan lisan dalam berbicara

"Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku."

DOA mohon agar diri dan keturunan dijadikan orang yang tetap mendirikan solat.


"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan solat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (Surah Ibrahim ayat 40).

DOA mohon keampunan atas kesalahan meminta sesuatu yang tidak diketahui hakikatnya.

"Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dan memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui hakikatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, nescaya aku akan termasuk orang-orang yang rugi." (Surah Hud ayat 47).

DOA mohon diberi keputusan yang baik

"Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya." (Surah al-A'raaf ayat 89).

DOA apabila berada dalam keadaan kesusahan dan penderitaan

"Allah, Dialah Allah Tuhanku, aku tidak menyekutui-Nya dengan sesuatu pun. Tiada Tuhan yang sebenar-benarnya melainkan Engkau jua. Maha Suci Engkau sesungguhnya aku adalah orang yang menzalimi diri sendiri."

DOA mohon diberi kesabaran

"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." (Surah al-Baqarah ayat 250)

DOA apabila melihat sesuatu yang disukai

"Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala amalan yang baik."

DOA mohon ketetapan iman

"Wahai Tuhanku, berikanlah kepadaku iman yang kuat dan keyakinan yang tidak lagi di pengaruhi kekufuran dan berikanlah kepadaku rahmat yang dengan dia aku mencapai kemuliaan dari kemuliaan-Mu di dunia dan akhirat."

DOA mohon dijauhkan daripada bencana

"Dan peliharalah mereka daripada (balasan) kejahatan dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar." (Surah al-Mukmin ayat 9)

DOA mohon anugerah keturunan dan waris yang baik

"Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah pewaris Yang Paling Baik." (Surah al-Anbiya' ayat 189)

DOA mohon anugerah isteri dan keturunan yang menyenangkan hati

"Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (Surah al-Furqan ayat 74).

ADAB DENGAN IBU BAPA


Tatasusila anak berhadapan dengan ibu bapa

SEORANG anak perlu menghormati ibu kerana ibu begitu berkorban dan susah menjaga mereka ketika kecil. Selain kasih kepada ibu, anak mesti juga memberi kasih sayang yang sama kepada bapa.
Bapa pula bertanggungjawab terhadap makan, minum, pakaian, tempat tinggal, pelajaran dan lain-lain keperluan keluarga. 

Oleh itu, manusia harus berbakti kepada ibu bapa dan mentaati suruhannya sebagai tanda membalas budi terhadap jasa keduanya.

Agama Islam menetapkan beberapa peraturan dan tata susila yang harus menjadi amalan semua anak apabila berhadapan dengan ibu bapa mereka. Antaranya: 

1. Berbuat baik kepada kedua ibu bapa

Maknanya, ihsan atau berbuat baik kepada kedua ibu bapa adalah sifat Muslim yang mulia. Banyak nas dan yang menyuruh seseorang itu berbuat baik kepada kedua ibu bapanya. Firman Allah yang bermaksud: �Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu bapa.� (Surah an-Nisaa�, ayat 36).
Tidak ada jalan lain untuk membahagiakan ibu bapa melainkan dengan berbuat baik kepada mereka.

2. Menghargai dan menghormati mereka

Sebagai menghargai jasa kedua ibu bapa, Islam mengangkat tinggi darjat keduanya, iaitu selepas darjat beriman kepada Allah dan beribadat kepada-Nya. 
Al-Quran memandang mulia konsep ihsan terhadap kedudukan ibu bapa. Sebagai seorang anak, penggunaan tutur kata haruslah lemah-lembut.
Allah berfirman yang bermaksud: �Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku ketika aku kecil.� (Surah al-Isra�, ayat 24).

3. Merendahkan suara ketika berbicara dengan ibu bapa

Apabila berbicara dengan ibu bapa, janganlah sesekali mengeluarkan perkataan yang tidak menyenangkan dan boleh menyinggung perasaan, umpamanya dengan suara tinggi. 
Firman Allah: �Maka sesekali janganlah kamu mengucapkan ah kepada keduanya.� (Surah an-Nisaa�, ayat 23).

4. Berdoa untuk kebahagiaan ibu bapa

Seseorang anak hendaklah sentiasa mendoakan ibu bapa sama ada yang masih hidup atau yang sudah meninggal dunia. 
Sebagai seorang anak salih, tidak seharusnya melupakan ibu bapa begitu saja. 
Allah berfirman yang bermaksud: �Dan ucapkanlah wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik aku waktu kecil.� (Surah al-Isra�, ayat 24).

5. Jangan menderhaka kepada ibu bapa

Seorang anak dilarang sama sekali menderhaka ibu bapa. Sesungguhnya, derhaka kepada ibu bapa adalah dosa paling besar dan keji.

6. Hormat kepada ibu bapa bukan Muslim

Seseorang anak harus juga berbakti dan menghormati ibu bapa sekalipun mereka bukan beragama Islam. Asma� Abu Bakar pernah berkata, aku pergi kepada ibuku padahal dia masih musyrik, lalu aku meminta fatwa daripada Rasullah 
Aku berkata: �Aku bertemu dengan ibuku dan dia meminta sesuatu kepadaku, adakah aku boleh menghubungi dia?�

Jawab Baginda: �Ya, hubungilah ibumu, ini bererti berbaktilah kepadanya.� (Muttafaq Alaihi).
                

                 ZALIDA SHAFEGEI

Adab Ketika Menuntut Ilmu


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
menuntut-ilmu1
PERTAMA kalam ini memohon maaf di atas kelewatan penerbitan artikel ini kerana masa tidak mengizinkan. Tetapi hari ini artikel ini selamat diterbitkan.
Sebenarnya artikel ini adalah permintaan seorang teman untuk ana menulis tentang adab ketika belajar ini. Mudah-mudahan dengan penerbitan artikel ini ianya dapat memberi manfaat kepada semua pembaca terutamanaya kepada para pelajar.
Menuntut ilmu adalah sangat dianjurkan oleh agama Islam sama ada ilmu fardu ain atau pun ilmu fardu kifayah, kedua-duanya adalah penting bagi setiap insan untuk bahagia di dunia dan di akhirat. Allah SWT telah berfirman di dalam surah al-Alaq ayat 1-4 yang bermaksud :
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan Qalam”.
Ayat di atas adalah ayat pertama yang diturunkan di dalam al-Quran memerintahkan supaya membaca. Membaca di sini adalah bermaksud menuntut ilmu. Justeru itu, bagaimana pula dengan adab-adab ketika kita belajar ? Di sini terdapat beberapa perkara berkaitan adab ketika belajar, kebaikan dan keburukan mengabaikannya. Antaranya ialah :
Adab-adab Ketika Belajar
  • Membaca Doa Penerang Hati
  • Duduk dengan sopan
  • Mendengar penerangan guru dengan teliti
  • Berlumba-lumba untuk belajar
  • Sabar ketika belajar
  • Sentiasa mengulangkaji pelajaran
  • Menghormati guru anda
  • Mendisiplinkan diri
Kebaikan Menuruti Adab-adab Ketika Belajar
  • Mendapat keberkatan daripada Allah SWT
  • Anda akan disenangi guru dan rakan
  • Mudah memahami dan menerima ilmu yang diajar
Akibat Mengabaikan Adab Ketika Belajar
  • Tidak mendapat keberkatan daripada Allah SWT
  • Dibenci oleh guru dan rakan anda
  • Sukar memahami dan menerima ilmu yang diajar.
Dengan ini, kita hendaklah mengamalkan budaya menuntut ilmu dengan mengikuti segala adab-adab yang telah digariskan supaya ianya dapat menyemai cintakan ilmu di dalam diri kita. Dengan mengamalkan adab-adab tersebut, insyaallah kita akan menjadi pelajar cemerlang yang disayangi guru dan rakan serta mendapat keberkatan hidup di dunia dan akhirat.